Senin, 30 Mei 2011

Harap Pemimpin


Jika kehidupan dunia jelas sekali kefanaannya, mengapa banyak daripada manusia mengagung-agungkan kehidupamn dunia? Pernahkah sekali-kali diantara mereka mencoba mengingat betapa fananya dunia ini? Betapa sesungguhnya, mereka setiap detik itu merigu karena tiada ibadah?

Pantaskah kehidupan di dunia ini mereka agung-agungkan, sedang sesungguhnya tiada yang akan dibawa mati selain ibadahnya? Sekali-kali pernahkah mereka merasakan senasib dengan yang ada di bawah mereka? Saat mencoba merenungkan, andai saja mereka berikut keluarganya melarat dalam kehampaan.

Ingin sekali aku berada dalam tengah-tengah, mencoba memberikan warna. Merubah situasi layaknya Nabi Muhammad Saw yang dengan gagah berani menegakkan risalah kenabiannya. Dengan gagah berani memperjuangkan kebenaran tentang keberadaan sang Maha Pencipta, yang menguasai seluruh alam semesta, termasuk dirinya.

Aku ingin hadir layaknya seorang qiyadah yang telah belajar dari kehidupanku. Dari saudara-saudaraku yang sama-sama berjuang meneruskan perjuangan Rasulullah beserta sahabat-sahabatnya. Layaknya seorang ayah yang senantiasa melindungi istri dan anak-anaknya, layaknya seorang ibu yang lembut merwat suami dan anak-anaknya. Dan layaknya seorang anak yang taat dan hormat pada orang tuanya.

Sungguh aku rindu pemimpin yang demikian. Aku ingin hadir sebagai seorang qiyadah yang demikian tu. Tapi pantaskah aku? Akau berharap, dengan iringan waktu ini, aku mampu belajar. Hingga aku beserta saudara-saudaraku mampu hadir layaknya qiyadah yang siap bersama-sama berjuang dijalannya.

Selasa, 24 Mei 2011

Apa yang Membuat Susah Menulis?

Sebuah kuliah yang sangat aku nantikan, Filsafat pancasila dan Teknologi informatika. Bukan karena matakuliahnya saja yang sebenarnya menarik melainkan karena dosenku itu yang sering memotivasi kami untuk menulis. Bukan sekedar menulis catatanh-catatan biasa atau sekedar menuliskan huruf-huruf saja. Tetapi tulisan yang berisikan sebuah gagasan dan ide-ide kami yang luar biasa.

Senang sekali ketika setiap dosen selalu memotifasi kami untuk terus menulis. Bukan hanya untuk menuangkan hoby tetapi memang sudah saatnya mahasiswa itu tidak hanya berkutat di organisasi atau aksi mengkritisi kebijakan-kebijakan yang tidak memihak rakyat, tetapi mahasiswa jangan sampai melupakan senjata yang cukup ampuh yaitu menulis.

Terkadang saya jadi bertanya sendiri, “Apasih susahnya menulis?”
Mungkin banyak faktor saat kita menulis, diantaranya malas. Saya sangat yakin setiap orang mampu dan bisa menuangkan ide-idenya, salah satunya adalah melalui kata-kata. Padahal gampang saja untuk kita, tinggal menulisakan kata-kata kita dalam secarik kertas kemudian tinggal diketik. Jika belum yakin tulisan itu kita kirimkan ke penerbit. Bisa saja kita membuat sebuah blog atau menuliskannya di catatan FB kemudian itu bisa menjadi langkah awal kita untuk menulis.

Kesulitan selanjutnya tentang ide. Terkadang memang sulit kita menemukan ide untuk tulisan kita, tapi itulah asiknya. Akan ada tantangan baru untuk kita, tantangan yang ketika kita berhasil menyelesaikannya akan memunculkan ide-ide luar biasa.

Sebagai seorang penulis yang perlu diperhatikan juga adalah tentang keikhlasan dalam menuangkan ide dalam tulisan. Jangan sampai tulisan-tulisan kita dikotori oleh angan-angan negatif yang kemudian membuat tulisan kita tidak berkah. Mungkin itu juga yang kemudian membuat kita susah menulis. Memang sebenarnya banyak faktor, tapi bagi saya keikhlasan dalam menulid itu sangat penting.

Jangan bertanya saya mau menulis apa? Tapi kapan saya akan menulis? Karena dengan demikian akan timbul rasa keinginan untuk bisa menulis. Menulis itu mengasyikkan, coba saja dipraktikan. Apalagi ketika banyak orang yang membacanya dan komentar-komentar terhadap tulisan kita. Ada kepuasan yang tidak bisa kita dapat di kesempatan lain.

Jadi, apa yang membuat susah menulis? Jika ternyata banyak hal yang kita tulis dan banyak waktu utnuk kita menulis. Untuk semuanya, selamat menulis. Selamat menuangkan ide-ide dahsyat yang akan membuat dirimu dan orang lain menemukan gagasan luar biasa.

Juga dimuat di  http://alishlahfamily.blogspot.com/2011/05/apa-yang-membuat-susah-menulis.html dan http://edukasi.kompasiana.com/2011/05/23/apa-yang-membuat-susah-menulis/

Mengetahui diri

Terkadang seseorang bingung dengan siap dirinya. Bahkan banyak diantaranya sampai tidak tahu bakat apa yang dimilikinya. Betapa kasihannya mereka yang tidak mengetahui siapa dirinya sesungguhnya. Karena hanya dengan demikian kita bisa berkarya, berkontribusi, menuangkan ide, dan mewarnai dunia.

Banyak hal yang menyebabkan terjadinya demikian. Pertama karena diri kita sendiri yang kurang aktif. Maksudnya kita kurang mengisi hidup kita ini dengan aktifitas yang bermanfaat. Misalnya berorganisasi, berolahraga, menjadi pengajar, mengikuti agenda-agenda kampus/sekolah, dan lainnya. Tentu dengan demikian sedikt-demi sedikit kita akan memahami sesungguhnya dunia kita itu berada dimana. Kita akan dapat mengetahui bakat kita, mengetahui banyak hal yang ada dalam diri kita.

Kedua, karena hidup yang monoton. Hidup yang monoton maksudnya kita hanya memiliki aktifitas yang konstan. Misalnya kuliah, kantin, perpus, kos dan hanya itu kegiatan kita selama satu minggu dan dilanjutkan diminggu-minggu seterusnya. Betapa ruginya jika hidup hanya monoton demikian. Padahal masih banyak hal menarik ayang belum kita ketahui disekitar kita. bagaimana diri kita go nasional atau bahkan internasional, jika ditingkat kampus atau lokal saja kita tidak punya nama. Untuk memiliki nama pun, kita memerlukan aktifitas yang luar biasa. Bukan monoton seperti julukan beberapa mahasiswa aktifis, "Mahasiswa Kupu-kupu (Kuliah perpus, kuliah perpus); Mahasiswa Kuang-kunang (Kuliah pulang, kuliah pulang); atau Mahasiswa Kutu (Kuliah turu, kuliah turu)" aktifitas yang sungguh sangat tidak produktif. bagaimana kemudian kita bisa mengetahui siapa diri kita sesungguhnya jika menjadi mahasiswa monoton.

Ketiga, karena tidak visioner. Perlu ada perencanaan, target pencapaian, dan tentunya usaha atau proses yang mendukung. Hidup itu tidak begitu saja, atau hidup itu sekedar numpang hidup terus mati. Tetapi hidup itu produktif, penuh perencanaan, dan tentunya memiliki target pencapaian kita. Seseorang akan dapat menemukan dirinya ketika dia bisa memanagemen dirinya. Perencanaan yang matang, dengan mengisi aktifitas kita penuh dengan rencana-rencana yang matang akan membantu kita mengetahui seproduktif apa diri kita. Apa yang dilakukan hari ini? Apa saja yang sudah didapatkannya hari ini? Dan usaha apa saja yang telah dilakukan untuk mendapatkan target-targetan?

Untuk mengetahui diri kita banyak caranya, mungkin ketiga pendapat saya di atas hanya bagian dari apa yang saya lakukan. Tenntunya anda juga memiliki cara-cara tersendiri untuk mengetahui diri kita. Karenanya, mari produktif, mari menulis, mari menuangkan ide-ide kita dalam sebuah karya?

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Deals