Senin, 25 April 2011

Konsep proses pendidikan sebagai solusi dari demokrasi



Masyarakat madani berasal dari kata madinah, sebuah kota yang sangat sejahtera dengan masyarakatnya yang saling menghormati, sangat taat terhadap aturan yang dibuat oleh pemimpinnya yaitu Rasulullah Muhammad Saw, dan menjadi sebuah idaman bagi semua orang untuk membentuk negara yang demikian itu.

Bagi saya masyarakat madani adalah masyarakat dimana setiap induvidu baik itu berhubungan dengan sesamanya maupun negara, sama-sama saling mendukung dan melindungi dalam kehidupan. Tidak kemudian diantaranya timbul sebuah kres yang dapat menimbulkan konflik. Demokratisasi mungkin menjadi sesuatu yang sangat ideal dan sangat perlu untuk diwujudkan. Sayangnya ini menjadi sebuah tujuan yang terlalu muluk-muluk. Banyak negara yang bertujuan menciptakan negara yang demokratis namun ternyata terjebak dengan arti demokratis itu sendiri, terjebak dalam arti demokrasi yang sangat sempit, "kebebasan." Kebebasan  ini pula yang pada akhirnya menimbulkan konflik diantara individu. Bahkan kita bisa melihat Libya yang mesih bergejolak mengidamkan negara yang demokratis, Mesir bagi saya yang belum terlihat ujung dari demokratis itu, dan Indonesia hampir 13 tahun sejak reformasi ternyata belum menunjukkan demokrasi yang diidam-idamkan. Sesungguhnya seperti apa sih demokrasi itu? Dan apa kaitannya demokrasi dengan masyarakat madani?

Masyarakat itu adalah kumpulan dari manusia-manusia yang mendiami suatu tempat untuk menyelenggarakan suatu kemasyarakatan yang bertujuan menciptakan kesejahteraan. Kesejahteraan itu hanya dapat terwujud ketika diantara mereka saling memahami satu dengan yang lain, karena mereka adalah makhluk sosial. Seperti pendapat Al Ghazali dan Al Farabi, manusia adalah makhluk sosial, dia mempunyai kecendrungan alamiah untuk hidup bersama dalam masyarakat. Karena mereka tidak mungkin hidup sendiri untuk memenuhi kehidupannya. Bahkan firaun saja yang mengaku sebagi Tuhan, memerlukan orang lain untuk membangun piramida yang sangat besar bahkan untuk menyiapkan makan dan minumannya pun membutuhkan orang lain. Jelas sekali bahwa manusia itu adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya. Sehingga menjadi hal yang wajib untuk berkumpul membentuk sebuah masyarakat yang sejahtera. Sejahtera inilah yang kemudian menjadi konsepsi awal kebebasan yang salah kaprah, yang kemudian menimbulkan konflik antara individu dengan individu dan dengan negara.

Ketika menuliskan kata konflik, saya teringat tentang teori konflik Ralf Dahrendorf seorang ahli sosiologi Jerman, yang menganggap masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerja sama. Jika kita telaah, mungkin kita bisa menemukan sesuatu dibalik maksud yang disampaikan Ralf. Ternyata konflik tidak bisa lepas dari cara untuk menciptakan negara yang demokratis. Namun terkadang inilah yang menjadikan sebuah negara tidak mampu membangun sebuah negara yang demokratis, karena terjebak pada kata kebebasan yang tersirat dalam kata demokratis.

Bagi saya yang menjadi titik tolak menjadikan negara demokratis adalah, ketika negara itu berisikan masyarakat yang berkebudayaan dan berpendidikan. Maksudnya, ketika orang tersebut berpendidikan tidak bererti pula ia berkebudayaan, namun ketika ia berkebudayaan, maka sudah pastilah ia berpendidikan. Karena ia memperoleh pendidikan dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekitarnya, namun secara khusus saya lebeh cenderung lingkungan keluarga yaitu ibu. Proses pendidikan bukan pada saat berkembangnya janin dalam kandungan, melainkan telah sejak awal terbentuknya manusia itu sendiri. Proses itulah yang menentukan bagaimana perkembangan pendidikan informal anak. Oleh karenya kita sangat perlu memproses diri menjadi pribadi yang bernilai, bermoral, tentu berkebudayaan. Sehingga sangat jelas, demokratis sesungguhnya bukan dihasilkan dari konflik atau peperangan, melainkan pada sebuah proses pendidikan itu sendiri. Dengan demikian seseorang akan bisa lebih memahami sejahtera itu, tentu pula dengan kebebasan itu sendiri. Allah telah menciptakan kehidupan ini sangat harmonis, ketika ada lelaki pasti ada perempuan, ketika ada langit pasti ada bumi, ketika ada sedih, ternyata ada bahagia. Kita perlu sangat mensyukuri betapa nikmatnya kebebasan yang kita nikmati ini. Kita bebas berkomunikasi dengan Allah kapanpun, 24 jam non stop jika kita mau. Kita bebas untuk menghirup udara segarnya bahkan gratis. Sungguh betapa Allah telah mencontohkan pada hambanya tentang konsepsi masyarakat madani yang tersirat dalam kalamnya. Bagaimana keharmonisan itu tercipta bukan dari peperangan, melainkan dari ilmu.

Maka akhir dalam tulisan ini saya ingin menegaskan bahwa saya sepakat dengan pendapat Ralf Dahrendorf tentang masyarakat bersisi ganda, memiliki sisi konflik dan sisi kerja sama. Namun yang perlu dikoreksi adalah bahwa tidak semua konflik diartikan sebagi perang seperti yang sering terjadi dewasa ini. Bahwa tidak kemudian perang itu menjadi pencipta sebuah negara yang demokratis, melainkan hanya menciptakan demokratis yang menakutkan. Tidak menjadikan pula saya menyatakan perang itu salah, karena tidak dipungkiri Indonesia pun merdeka dengan perjuangan yang sangat melelahkan bahkan banyak yang gugur dalam memperjuangkan kemerdekaan itu. Hanya saja yang perlu dipahami adalah proses pendidikan itu adalah sebuah konsepsi yang perlu kita jadikan referensi sebagai cara menciptakan masyarakat madani. Masyarakat yang demokratis yang diidamkan oleh banyak orang.

Senin, 18 April 2011

Apa yang membuat antum bahagia?

Oleh Azam_Arfa
Sore ini saya sedang mencoba mengajak saudara-saudara saya sedikit dibuat kesal dengan pertanyaan yang aneh. Mungkin aneh tapi bagi saya ini sebuah pertanyaan yang cukup penting. Simpel pertanyaan saya, "Apa yang membuat antum bahagia?" Simpel kan?

Jawaban yang pertama yang saya dapat, dari saudara saya
"Kesempitan", kmudian saya mencoba menanyakan, mengapa?
Beliau menjawab, "Karena setelah kesempitan pasti akan timbul kelapangan. Dengan kesempitan, kita bisa tahu siapa kawan siapa lawan. Dengan kesempitan, kita tahu mana kawan yang memanfaatkan dan mana yang tulus"
Bagi saya ini luar biasa, entahlah sebenarnya saya agak kurang paham dengan pendapat ini. Tapi saya menemukan satu hal, bahwa yang membuat bahagia baginya ketika mengetahui satu hal tentang lawan bicaranya.

Jawaban kedua yang saya dapat, dari saudara saya yang lain.
"Ketika nikah dengannya"
Bagi saya ini luar biasa. Kita yang sesungguhnya masih disibukkan dengan agenda padat di kampus, baik kuliah maupun organisasi. Bagi saya wajar saja, karena saya pikir sudah selayaknya memikirkan masa depan. Hanya saja mungkin saat ini perlu memikirkan yang lebih utama. Seperti yang pernah saya sampaikan pada keluarga saya, "Jangan tinggalkan amanah yang utama, tetapi jangan tinggalkan amanah yang paling utama."

Jawaban ketiga dari saudara saya yang lain.
"Ketika Allah ridho atas segala amal ibadah yang dilakukan".
Subhanallah...
Hanya saja saya menjadi teringat satu lirik lagu yang pernah dinyanyikan oleh alm Chrise, "Apakah kita semua, berharap tulus menyembah kepadanya, ataukah kita mungkin hanya, takut pada neraka dan hanya inginkan surga." Yang jadi Tanya dalam benak saya adalah, bagaimana kemudian kita bias meyakinkan diri kita, jika amal ibadah kita diridhoi Allah?
Saya rasa ini kemudian menjadi instropeksi diri kita, bahwa ketulusan dalam segala hal menjadi sesuatu yang sangat penting, termasuk dalam hal ibadah. Wallaualam bi shawab, karena hanya Allah yang tahu layak tidaknya kita menginjakkan kaki kita di surganya.

Satu hal lucu yang saya peroleh dalam pertanyaan saya ini, ketika salah satu saudara saya menjawabnya dengan Bahasa Inggris. Padahal Bahasa Inggris saya masih belum pintar. Tapi beliau menjawabnya "Persaudaraan". Benar juga bagi saya, karena dengan keberadaan saudara-saudara kita disamping kita. Membuat hidup ini akan penuh dengan perbaikan. Lebih tepatnya saat budaya saling mengingatkan selalu terjaga dalam keseharian kita.

Satu lagi saya memperoleh jawaban dari kakak sekaligus mas'ul saya. "Ketika mendapatkan doa dari ibu."Saya jadi sangat rindu dengan ibu dan bapak saya di rumah. Dan satu hal yang menarik, ketika saya tanyakan. Apa arti bahagia menurut antum? Beliau menjawab, "Ketika kebahagiaan kita tidak menjadi kesedihan bagi orang lain."
Saya rasa ini cukup menjadi alasan bagi kita untuk tidak melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan kebahagiaan. Karena dengan demikian kebahagiaan yang kita rasakan tidak kemudian menjadi kesedihan bagi saudara kita.Kita bisa lihat di luar sana, betapa banyak orang melakukan berbagai macam cara untuk memenuhi kebahagiaannya. tapi sayangnya membuat orang lain menjadi bersedih karena kita. Sungguh inilah yang menjadikan kebahagiaan itu terlihat semu.

Jawaban yang baru saja saya dapatkan tentang kebahagiaan. "Setiap orang akan bahagia ketika apa yang diingankannya menjadi kenyataan. Bahkan lebih baik dari apa yang dibayangkannya." Saya rasa ini juga benar, hanya saja ini pun menjadi abstrak. Sesungguhnya apa arti kebahagiaan itu jika melihat dari arti kebahagiaan dari jawaban ini?Kemudian jawaban selanjutnya dari orang yang sama, "Logikanya seperti itu, berkaitan apa yang diingnkan dan mashlahat dan mudharatnya itu tergantung masing-masing person." Apa benar demikian, yang pasti bagi saya tetap saja ini menjadikan arti kebahagiaan itu menjadi abstrak.

Oke, saatnya kita kembali pada apa yang membuat antum bahagia?saya sendiri sebenarnya sepakat dengan semua jawaban yang ada di atas. Tetapi saya juga sedang ingin mencoba mengkritisi arti kebahagiaan itu sendiri.Mungkin saja akan timbul sebuah diskusi lain yang lebih asik.

Sabtu, 16 April 2011

Bersama itu tidak harus ngumpul rame, betul tidak yah?

Oleh Azam_Arfa
Bersama itu tidak harus ngumpul rame, betul tidak yah?

Ehmmmmmm... Saya rasa bukan rame atau tidaknya tapi lebih pada apa yang kita obrolkan saat kita ngumpul itu. Bisa kita sebut ngobrol itu diskusi, sepakat??? ^_^ Jika yang terjadi adalah rame tapi mendiskusikan hall ga penting, ga papa juga sih, sesekali ngerifresh kepala tapi jangan sering-sering juga diskusi-diskusi ga penting. Tapi ga penting ini juga pasti terdapat perbedaan di setiap individu, makanya mari kita samakan presepsi. Misalnya diskusi yang penting itu tentang kondisi kampus, tentang perkuliahan, tentang kebijakan-kebijakan birokrasi kampus maupun pemerrinta (Ormawa atau Negara).

Saya rasa ini yang penting, maaf jika kurang sependapat.Selain menambah kedekatan di antara kita, diskusi semacam ini pula bisa meningkatkan kepemahaman kita, memperluas pengetahuan kita dan lain sebagainya. Monggo... sok atuh dipikir, beruntung sekali bukan ketikan diskusi kita ini kemudian menghasilkan gagasan-gagasan yang keren plus inofatif. Apalagi kalau diskusinya sambil ditemani makanan dan saudaranya yang menyejukkan. Hmmmmmmm pasti tambah asik lagi.

Saya rindu sekali dengan suasana semacam ini. Kapan mahasiswa pada sadar yang nikmatnya diskusi bareng temen? Padahal bisa nambah wawasan dan tambah deket pula dengan temen...Bersama memang tidak harus ngumpul rame, yang penting ngumpul itu diskusi atau ngobrolin yang manfaat, ehmmmmmmm... lo bisa ada makanannya juga sih. tentu juga ada refreshing obrolan yang gak bikin pusing. Bisa becandaan dan bisa juga ngobrolin masa depan kita ^_^

Oke, kali ini juga sedikit saja dulu lah...
Yuk ngumpul & diskusi?

Selasa, 12 April 2011

Mencontek (+/-) ?

Oleh Azam_Arfa
Hal yang sangat tidak hemat, "Mencontek". Sebenarnya siapa sih penemu metode mncontek ini? Ko yang menggunakan metode ini banyak sekali? Ehmmmmmm... Mungkin termasuk saya salah satunya. Dalam kaitannya dengan mencontek, saya bagi menjadi dua kategori, (1) Mencontek yang baik dan (2) Mencontek yang tidak baik, namun kali ini saya ingin membahas pada poin satu saja.

Mencontek yang baik maksudnya, saat kita meniru aktivitas positif orang-orang di sekitar kita. Seperti kebiasaan tegur salam, membaca, diskusi, olahraga, dll. Tentu kegiatan positif lain yang bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Konotasi mencontek terkadang selalu berpangkal pada hal-hal yang negatif, padahal tidak selalu. Bagi saya kegiatan mencontek itu tergantung dalam hal apa dia melakukannya.

Mungkin karena kita terlalu sering mendengar atau bahkan mengaplikasikannya dengan yang konotasi negatif (ketika ujian menciontek) sehingga mencontek selalu menjadi hal yang sangat negatif dalam telinga kita. Bayangkan saja, betapa rumitnya ketika kita melakukan metode mencontek dalam konotasi negatif ini. Kita harus berbohong dan mempersulit hal yang seharusnya itu mudah dan cepat. Misalnya saja saat akan mencontek saat ujian, waktu yang sebenarnya membutuhkan waktu 1-2 jam, karena mencontek, waktu yang seharusnya cukup menjadi sangat kurang. Rugi dan rumit bukan? Sudah rugi dan rumit, ga berkah juga hasil yang kita peroleh. bahkan kalau kata guru saya, "Yang diconteki sama-sama ga bisa" Duuuuuhhhhh jadi tambah rugi deh.

Bukankah lebih baik kita memanfaatnkan mencontek itu untuk hal yang baik? Seperti contoh sebelumnya, mencontoh orang yang rajin membaca, misalnya. Bukankah ini akan menjadi sebuah keuntungan bagi diri sendiri dan orang lain. Sesungguhnya mencontek itu tidak selalu berkonotasi negatif lho.... Yang penting kita tidak menggunakannya untuk yang negatif. betul tidak???

Oke kali ini sedikit saja lah, semoga bermanfaat...
Selamat ujian saudaraku...

Minggu, 10 April 2011

Ukhuwah itu...

Oleh Azam_Arfa
Ukhuwah itu saat kita makan bersama saudara. Makan bersama, agenda yang sering kita luangkan dalam sela-sela waktu kesibukan kami. Entah dalam suasana suntuk, pusing karena bnyak amanah, atau sekedar iseng karena rindu suasana makan bersama, yang pasti makan bersama adalah agenda favorit kami. Di sini kita bisa ngobrolin berbagai macam hal, bahkan tidak jarang ide-ide gila muncul dari obolan di makan bersama ini. Mulai ide untuk bikin forum diskusi dan lain sebaginya. Kendala keungan juga bisa diatasi di sini (hehehe... kadang-kadang suka dibayarin lo lagi ga da duit).

Ukhuwah itu saat kita bisa tidur bareng saudara (Mabit bareng). Setelah selesai makan bareng, perut yang kenyang efeknya cukup signifikan terhadap kondisi mata. Yah memang tidak sering juga kita mabit bareng, cuma pas waktu libur kita sering mengagendakan untuk mabit bareng. Kita bisa diskudi banyak hal di sini, mulai dari yang pribadi, sampe yang sifatnya berkaitan dengan orang banyak (tapi ga ngerumpi lho...). Kita juga bisa saling tahu kebiasaan masing-masing saat mata sudah terpejam. Bagaimana tidak, suara dengkuran yang cukup merdu terkadang membuat kita semakin terlelap dalam malam panjang.

Ukhuwah itu saat kita jalan-jalan bersama saudara. Terkadang dengan jalan-jalan bersama menjadi solusi yang cukup ampuh untuk dapat melibatkan faktor-faktor ukhuwah, mulai dari makan bersama, mabit bersama, atau mungkin sekalian saling traktir, dan tentu jalan-jalan. Saat jalan-jalan bersama, shalat berjamaah 5 waktu pun bisa dilakukan bersama saudara kita tentu dengan suasana yang berbeda.
Jalan-jalan di sini tak perlu mahal atau jauh, yang penting menampilkan suasana yang berbeda dari biasanya.

Ukhuwah itu saat kita saling memahami. Ini yang terpenting, saling memahami. Butuh menghadirkan hati di sini, tidak sekedar komitmen. Karena hanya hatilah yang dapat menyentuh hati. Apalagi sebagai saudara se iman, dimana ukhuwah itu adalah efek dari iman yang letaknya dihati. Tentu hati yang beriman yang akan menyentuh hati.

Ukhuwah itu saat kita saling menasehati dan merenengkan nasihat saudara kita. Betapa manisnya ukhuwah itu saat kita saling menasihati. Bayangkan saja jika kita sedang khilaf kemudian kita didiamkan saja oleh saudara kita. Sungguh rugi ketika kita punya sahabat/saudara tetapi tidak saling menasihati, bahkan kemudian menjerumuskan kita. Saling menaihati bukan berarti kita menjadi pribadi yang sok pintar atau paling tahu, hanya saja yang perlu dipahami adalah bahwa kita manusia tempatnya khilaf. Mungkin sudah banyak sekali buku atau ilmu yang kita dapat, tetapi tidak kemudian menjadikan kita terhindar dari salah. Dengan kita saling menasihati, inilah jalan perbaikan. Jalan untuk dapat semakin mempererat ukhuwah.

Wallahualam bi shawab, karena saya juga hanyalah manusia. Semoga dengan sedikit tulisan di atas, bisa menjadi renungan berharga untuk kita.

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Free Blogger Templates | Web Hosting Deals